Pembunuh Berdarah Dingin Itu Bernama Perusahaan Rokok
Daftar Isi
Bahaya Rokok |
“Dengan pendapatan masyarakat kelas bawah di Aceh antara Rp30 ribu-Rp50 ribu, maka dipastikan mereka takkan mampu memenuhi kebutuhan gizi, pelayanan kesehatan berkualitas, pendidikan, dan kebutuhan dasar lainnya bilamana 30-50 persen pendapatan dialokasikan untuk membeli rokok,” demikian ujar Direktur Center for Tobacco Control Studies (CTCS) Rizanna Rosemary M Si MHC, Rabu (30/5) di Banda Aceh.
Rizanna mengakui, hal itu bukan tak diketahui oleh masyarakat. Hanya saja perusahaan rokok yang notabene disokong oleh modal yang besar punya cara sendiri untuk mengelabui masyarakat, khususnya kalangan muda yang menjadi target pasar utama rokok di Indonesia dan Aceh.
Perusahaan merokok mengelaborasi ajakan-ajakan merokok melalui pesan-pesan yang kreatif dan konstruktif. Hal itu bisa disaksikan melalui aneka iklan komersialnya di berbagai media massa. “Harus diketahui Indonesia dan Aceh merupakan salah satu daerah target pemasaran rokok di dunia. Soalnya di negara-negara eropa, perusahaan rokok nggak diterima lagi oleh pemerintah dan masyarakat setempat,” jelas Rizanna.
“Hal itu lantaran Eropa duluan cerdas daripada kita. Mereka sadar perusahaan rokok itu ibarat pembunuh berdarah dingin yang bisa membunuh orang kapan saja,” tukas Rizana lagi berang.
Untuk itu dalam rangka memperingati hari tanpa tembakau sedunia yang dilaksanakan setiap 31 Mei, pihaknya sambung Ade Haryandi yang tak lain staf Humas CTCS menggelar aneka kegiatan. Sebelumnya pada Selasa (29/5), pihaknya yang disokong oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Aceh melakukan talkshow interaktif melalui TV Aceh sebagai bagian dari sosialisasi kepada masyarakat. Talkshow ini mendapatkan tanggapan yang besar dari pendengar mengingat selama ini isu rokok acap kali ditutup-tutupi oleh mafia rokok di tanah air.
Pada malam puncak peringatan tanpa tembakau nanti yang dilaksanakan Jum’at, 1 Juni mendatang pihaknya sebut Ade akan menampilkan film documenter berjudul ‘Mancis’ yang diproduksi oleh Tim CTCS sendiri dan Benang Merah Production. Film ini menampilkan fenomena rokok di Banda Aceh, khususnya di kalangan remaja.
Selain itu,”kita juga akan menyediakan ruang kreatifitas pemuda sebagai bukti bahwa tanpa rokok pemuda kita di Aceh juga bisa lebih kreatif,” pungkas Ade.
Dalam pentas kreatifitas melawan hegemoni perusahaan rokok tersebut, acara ini juga akan diisi dengan pameran kartun kampanye anti rokok dari Komunitas Panyoet, teater Lingkaran, Magician Joe Thunder (MJT), Rapper Aceh, Rapai, musikalisasi puisi, dan penampilan band lokal.
Sumber: http://theglobejournal.com/