cfFp0twC8a3yW2yPPC8wDumW5SuwcdlZsJFakior
Bookmark

Siswa SMP Terbuka Ubah Limbah Jadi Kerajinan

Siswa SMP Terbuka Mandiri Al Fajri, Kabupaten Bogor, memanfaatkan limbah tanaman untuk mempercantik kriya kerajinan. Bahan-bahan limbah didapat dari lingkungan sekitar siswa
Limbah tanaman tak terpakai, bisa disulap menjadi berbagai barang bernilai jual tinggi. Modalnya cukup kreativitas, keuletan, dan mau terus belajar. Itulah yang dilakukan sejumlah siswa SMP Terbuka di berbagai daerah.

Di Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, misalnya, limbah batok kelapa biasanya hanya dimanfaatkan untuk arang oleh masyarakat setempat. Namun di tangan siswa SMP Terbuka 4 Pandak, Bantul, pecahan-pecahan batok kelapa bisa dikreasikan menjadi pelapis pada beragam mebeler, seperti meja, lemari, kap lampu, cermin, vas bunga, kotak tisu, hingga bingkai foto.

Bahkan, serbuk sisa dari penghalusan batok kelapa tak akan terbuang. Serbuk batok kelapa yang diberi resin dan pewarna resin dimanfaatkan untuk mendempul permukaan hiasan dari batok kelapa yang kurang rapat.

Tak heran, jika kreasi batok kelapa karya siswa SMP Terbuka 4 Pandak itu diserbu pembeli dalam ajang Lomba Motivasi Belajar Siswa Mandiri (Lomojari) Ke-10 di Jakarta pada Juli ini. Para juri pun memilih karya siswa SMP Terbuka 4 Pandak sebagai juara pertama kategori kerajinan kayu anyaman.

Sudarmono, Wakil Kepala SMP Terbuka 4 Pandak, menjelaskan, inovasi kerajinan yang memanfaatkan limbah batok kelapa ini dikembangkan untuk menambah bekal keterampilan siswa SMP Terbuka supaya bisa mandiri seandainya tidak mampu melanjutkan ke SMA/SMK.

SMP Terbuka merupakan lembaga pendidikan formal yang tidak berdiri sendiri, tetapi bagian dari SMP Induk. Metode pendidikannya belajar mandiri dan sebagian besar siswanya berasal dari keluarga miskin yang harus bekerja untuk membantu keluarga mencari nafkah.

Tidak sekaligus

Untuk menghasilkan potongan-potongan batok kelapa yang bagus, tidak sekali jadi. ”Awalnya para guru juga kesulitan,” kata Sudarmono. Para guru pun berpikir untuk menciptakan mesin pemotong batok kelapa.

Timbul gagasan untuk memanfaatkan cutter pemotong keramik supaya batok kelapa bisa dipotong dengan ukuran dan ketebalan sesuai kebutuhan. Demi keamanan siswa dan supaya serbuk tidak menyebar, cutter pemotong keramik tersebut ditempelkan dalam kotak kayu berukuran panjang 30 cm, lebar 40 cm, dan tinggi 30 cm.

Lalu, untuk menghaluskan batok kelapa yang telah ditempelkan di permukaan mebeler atau kerajinan dari kayu yang dibuat pihak lain dipakai gerindra. Setelah itu, batok kelapa dipelitur sehingga kontur dan warna alami batok kelapa lebih terlihat jelas.

Rp 15.000 per karung

Produk kerajinan batok kelapa SMP Terbuka 4 Pandak ini dijual dari harga puluhan ribu hingga Rp 500.000. Untuk batok kelapa terbilang murah, satu karung hanya Rp 15.000. Untuk per sentimeter pelapisan batok kelapa senilai Rp 50.

Sudarmono mengatakan, ada 24 siswa yang diikutkan dalam pelapisan batok kelapa untuk barang kerajinan.

”Kerajinan batok kelapa ini ternyata diminati. Bahkan, Kemendikbud menjanjikan untuk menghubungkan sekolah dengan perhimpunan pengusaha hotel supaya produk kerajinan batok kelapa ini bisa dipakai di hotel-hotel,” kata Sudarmono.

Selama pameran Lomojari, semua stok barang yang dipamerkan laris manis, yang totalnya senilai Rp 16 juta. Produk kerajinan seperti meja tamu dan meja kamar berukuran kecil serta kap lampu diminati pengunjung. Saat ini, siswa masih mengerjakan pesanan pengunjung.

Seni kriya

Kreativitas dan kejelian untuk memanfaatkan limbah tanaman juga dikembangkan di SMP Terbuka Mandiri Al Fajri yang berlokasi di Kampung Cidokom, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Sekolah ini mengembangkan seni kriya berbasis limbah yang dikombinasikan dengan rajutan atau jahitan.

Berbagai tanaman dan bunga yang terbuang secara alami di sekitar lingkungan siswa dimanfaatkan untuk membuat hiasan dinding, celengan, tempat pensil, hingga gantungan kunci. Barang-barang kreasi siswa ini bisa jadi buah tangan bagi wisatawan yang mengunjungi kawasan Puncak, Bogor.

Siti Nurrahma, siswa SMP Terbuka Mandiri Al Fajri, mengatakan, para siswa dibekali keterampilan dengan memanfaatkan barang limbah dari tanaman maupun kotak dan kaleng susu yang ada di sekitar sekolah. Bahan-bahan yang tidak terpakai itu bisa disulap menjadi berbagai kerajinan yang mendatangkan uang.

Produksi kerajinan unggulan dari sekolah ini antara lain tirai untuk pintu dan jendela dengan memanfaatkan pelepah bambu. Ada juga hiasan kaligrafi yang dipercantik dengan bunga-bunga kering yang dikumpulkan siswa dari sekitar sekolah.

Ada juga kaligrafi yang ditulis di atas daun sirih merah. Untuk memudahkan penulisan kaligrafi, daun sirih merah itu disimpan selama tiga hari di lembaran kitab. Lalu, daun sirih merah yang sudah kering ditulisi ayat Al Quran dengan tinta kuning emas. Daun sirih merah kaligrafi ini bisa dilaminating untuk menjadi gantungan kunci atau dibuat jadi hiasan dinding yang ditambahi dengan tanaman kering.

Siti Santi, siswa lainnya, mengatakan, beragam limbah tanaman yang sering dipakai untuk membuat beragam kerajinan, yakni pelepah bambu, serabut pinang, bunga palem, buah palem, kacang hitam (kacang benguk), biji saga, pelepah bunga sukun, pelepah pisang, dan bunga cemara. Para siswa memunguti tanaman yang sudah jatuh dari pohon, mengeringkannya supaya bisa diaplikasikan untuk mempercantik barang kerajinan dari kotak dan kaleng susu.


Sumber: Kompas.com
close