Berdayakan Bahan dari Gudang Pasar Jombang
Daftar Isi
Merebaknya kafe minuman kopi instan dengan
ragam campuran rasa dan bahan, kian menggeser sajian kopi murni khas.
Dewi Titik Ratna Kumbiati mencoba meracik kopi dengan bumbu rempah dan
dikemas menarik.
Tidak selalu usaha
itu dimulai dengan modal besar dan konsep modern. Dewi Kumbiati yang
suka menyajikan minuman kopi bagi tamunya ini mendapat ide untuk membuat
hidangan kopi rempah.
Pahitnya kopi yang panas
tersamarkan oleh rasa cengkeh, kapulaga, jahe, dan kayu manis yang
memberi efek hangat pada tubuh. Kombinasi bahan tersebut ternyata cocok
untuk hawa dingin di area Jombang yang berdekatan dengan area
Wonosalam.
”Salah satu tamu suka dan dia
menganjurkan supaya kopi rempah buatan saya didaftarkan ke Disperindag
Kabupaten Jombang,” tutur perempuan 47 tahun ini. Iapun mengantongi
sertifikat P-IRT atau industri rumah tangga karena awal usahanya mulai
dibuat di rumahnya sendiri.
Waktu itu, kemasan
kopi rempah bermerek Dewi Kumbiati masih berupa plastik dan kertas HVS.
Belum sebagus sekarang yang sudah memperhatikan desain dan bentuk
kemasan berbahan aluminium foil dan kertas karton.
”Disperindag
Jombang mengikutsertakan saya ke diklat pembuatan kemasan. Jadi, saya
lebih memahaminya,” kata perempuan asli Bangil ini.
Setelah
itu, dia mengedarkan kopi buatannya. Dari modal awal sebesar Rp
150.000, selama tiga bulan Dewi Kumbiati mampu menerima pendapatan Rp 3
juta.
Produk minuman instan ini bisa ditemui
di toko makanan minuman di depan Stadion Jombang. Jenis kopi yang
digunakan adalah robusta dan excelsa. Kedua jenis itudiperoleh dari
gudang pasar di sekitar Jombang saja.
Kopi-kopi
itu berasal dari perkebunan Wonosalam, Jombang. Bahan temulawak juga
didapat dari area Jombang, tetapi karena tidak sebanyak kopi dan jahe,
maka kebutuhannya selama tiga bulan ini masih 25 kg.
"Jahe merah saya beli dari Ponorogo. Untuk Juni hingga Agustus 2012 saya sudah stok dua kuintal," paparnya.
Beberapa
kali, Dewi Kumbiati turut serta dalam pameran makanan dan minuman di
berbagai kota. Misalnya Pekan Raya Jakarta pada Juni 2012 lalu. Pameran
ini juga membuka pintu jaringan usaha, pesanan banyak berdatangan. Kopi
rempah buatannya juga banyak disukai orang Malaysia, Belanda, dan
Jepang.
Satu kemasan kopi rempah seberat 100
gram harganya Rp 15.000, serta minuman temulawak dan jahe Rp 10.000 per
kemasan. ”Ide ini muncul karena memang saya suka kopi dan
menghidangkannya untuk tamu,” ucap Dewi Kumbiati.
Selain
itu, aktivitas bisnis seperti ini dapat mengisi waktunya yang
kebanyakan kosong. Sempat ia tidak yakin bahwa usahanya akan laku dan
disukai orang. Namun, kehidupan yang membosankan di desa membuatnya
berubah pikiran.
”Lha, saya terus mau ngurusi apa di desa? Akhirnya saya mencoba mencari kegiatan lain yang menguntungkan,” terangnya.
Sebelumnya,
Dewi Kumbiati bekerja di bidang bimbingan dan konseling di sebuah
perusahaan. Sekarang dia hanya menerima tawaran konseling freelance yang
bisa disambi menyelesaikan usaha kopi rempahnya di rumah Jombang.