Zaenal Abidin, Tangani Sendiri Kulakan hingga Jualan
Daftar Isi
aenal Abidin mengelola sendiri usaha minuman tradisional, Temulawak, dengan merek Zen |
Pemahaman tidak bekerja usai pensiun itu salah besar bagi seorang Zaenal Abidin. Sepinya kegiatan di hari tua justru membuat orang mudah stres. Untuk itulah dia tidak pernah berhenti mencari ide apa yang bisa dikerjakan di hari-hari luangnya setelah memasuki masa pensiun.
Sejak Februari 2012, Zaenal Abidin punya kesibukan baru, yaitu mengelola usaha minuman tradisional temulawak. Dia sendiri yang menangani kulakan bahan, memasak, hingga mempromosikan produk ke beberapa toko. Tetapi karena semakin banyak permintaan, dia sekarang dibantu tiga karyawan.
“Setahun sebelumnya saya iseng membuat minuman temulawak buat keluarga saja. Ternyata disukai dan saya coba buat untuk dijual kepada umum,” tuturnya kepada Surya.
Minuman temulawak dengan merek Zen ini sudah mengantongi sertifikat P-IRT dari Disperindag Kabupaten Sidoarjo, terdaftar di Dinas Kesehatan, dan kini dalam proses sertifikat halal dari MUI serta mengikuti program mitra bersama Dinas Koperasi Kabupaten Sidoarjo.
Memang keinginan dari Zaenal Abidin supaya produk buatannya memperoleh pengakuan resmi dan terjamin dari dinas dan lembaga terkait.
Apalagi, selama beberapa bulan belakangan, dia sudah berhasil menjual 100 karton berisi 24 botol minuman temulawak ukuran 500 ml. Satu unit botol dijual Rp 5.000, dengan area penjualan di sekitar Surabaya dan Sidoarjo.
Sekali produksi, Zaenal Abidin bersama karyawannya mampu membuat 150 kemasan per hari. Namun, pada Juli hingga Agustus 2012, jumlah produksi menurun karena ibadah puasa Ramadan. “Saya tidak terlalu ngoyo mengejar kapasitas produksi,” ungkapnya.
Penentuan menjual minuman temulawak ini tidak serta merta. Zaenal Abidin lebih dulu membuat tiga jenis minuman tradisional, yaitu beras kencur, temulawak, dan sinom. Dari pengalaman menjual tiga minuman itu, yang paling laris adalah temulawak.
Bahan mentah utama minuman temulawak dibeli dari Tulungagung, Trenggalek, Blitar, dan Ponorogo. Sedangkan bahan tambahan seperti asam dan kapulogo diperoleh dari Pabean, Surabaya.
Diakui Zaenal, jika varian yang sama banyak beredar di pasaran. “Kualitas produk tetap utama. Botol yang saya pakai tidak sembarang, bukan botol bekas,” ujar lelaki tua yang masih tegap di usia senja ini.
Akses Surabaya.Tribunnews.com