Sya’roni, “Ini Bukan Halangan Buat Saya”
Daftar Isi
Cacat tubuh bukan halangan untuk tetap giat bekerja. Sya’roni tetap tekun sebagai montir sepeda motor. Bagaimana kisahnya?
Sumber : Nyata.co.id
Tak seperti kebanyakan montir, Sya’roni (41) harus kehilangan kedua
kakinya akibat kecelakaan lalu lintas 13 tahun yang lalu. Kedua kakinya
diamputasi sebatas sekitar 10 cm di atas lutut.
Akibat dari musibah ini Roni harus menggunakan papan beroda untuk
memperlancar aktivitasnya. Papan itu terbuat dari kayu dan dilapisi
busa. Kalep warna coklat membalut bagian luar busa itu. Di bawahnya
terdapat empat roda yang bisa berputar 360 º.
Dengan kedua tangannya, Roni mengayuh papan tersebut dan menuju
tempat yang dikehendakinya. Di bengkel Arsita, Pandugo, Surabaya, Roni
sudah menjadi montir senior. Dia mempunyai beberapa anak buah. Saat
memperbaiki sepeda motor biasanya dia dibantu oleh seorang temannya.
Kalaupun hanya perbaikan ringan, dia mampu menyelesaikan seorang diri.
“Kondisi seperti ini bukan halangan buat saya. Semua itu hanya
titipan Allah. Saya sudah siap menerimanya,” kata Roni. Dengan kondisi
ini Roni mengaku tak minder. Jika ada teman-temannya yang menyinggung
fisiknya, dia menganggap itu sekadar guyonan.
Kecelakaan Motor
Roni adalah anak sulung dari lima bersaudara pasangan Buchori (alm) dan Riana. Latar belakang pendidikannya hanya sampai SMP saja. Tahun 1988, setamat dari SMP Rejoso Pasuruan, Roni hijrah ke Surabaya. Dia dititipkan Buchori ke H. Mohammad Waris untuk bekerja sebagai montir.
Roni adalah anak sulung dari lima bersaudara pasangan Buchori (alm) dan Riana. Latar belakang pendidikannya hanya sampai SMP saja. Tahun 1988, setamat dari SMP Rejoso Pasuruan, Roni hijrah ke Surabaya. Dia dititipkan Buchori ke H. Mohammad Waris untuk bekerja sebagai montir.
Sejak tahun 1997, nama Roni mulai dikenal sebagai salah satu mekanik handal di Surabaya tahun 1997. Mulai dari tune up biasa sampai modifikasi untuk balap, Roni sanggup menangani.
Sukses di Surabaya tak membuat Roni lupa dengan orangtuanya di
Pasuruan. Setiap Lebaran atau libur, dia pulang ke tempat kelahirannya
itu. Liburan yang tak pernah dilupakan Roni adalah saat libur Hari Raya
Nyepi tahun 1999 yang lalu. Saat itu dia menglami kecelakaan di
Pasuruan. Dari Surabaya Roni berboncengan dengan Hidayatullah, temannya.
Begitu sampai di Pasuruan, dia mendahului truk tronton dari sebelah
kiri. Naas bagi Roni. Aspal yang kondisinya bergelombang membuat motor
yang dikendarainya oleng ke kanan dan terpeleset. Kaki Roni pun tergilas
roda tronton. Roni langsung dilarikan ke RSUD dr.Syaiful Anwar Malang
karena kondisinya cukup parah. Sedangkan temannya tewas di tempat.
Roni dirawat di rumah sakit selama seminggu. Dia terpaksa menjual
motor kesayangannya untuk membiayai perawatan. Setelah tak ada
perkembangan, keluarga meminta untuk dirujuk ke RSUD dr.Soetomo
Surabaya. Di sinilah Roni mengetahui dari bahwa kakinya harus
diamputasi. “Saya hanya bisa pasrah. Saya sudah siap karena semua ini
titipan Allah,” imbuhnya.
Kalau Roni mengaku pasrah, lain halnya dengan orangtuanya di
Pasuruan. Mereka syok dan tak kuat saat menjenguk anaknya. “Ada teman
saya yang sempat pingsan,” ucap Roni.
Tetapi, keinginannya bekerja tetap kuat. Roni memutuskan untuk tetap
bekerja di bengkel. Ketika pertama kali tak memiliki kaki, Roni mengaku
kesulitan menyeimbangkan tubuhnya saat duduk. Untuk berjalan Roni mengandalkan kedua tangannya. Agar tangannya tak
kotor oleh oli atau debu, dia menggunakan kaus tangan. Setahun setelah
kecelakaan, dia baru terpikir untuk menggunakan papan beroda untuk
mendukung aktivitasnya. “Ide ini datang dari pelanggan. Saya langsung
membuatnya,” terangnya.
Sempat terlintas dalam pikirannya untuk menggunakan kaki palsu.
Begitu mengetahui ada program pembagian kaki palsu yang diadakan oleh
program Kick Andy Metro Tv, Roni pun mendaftar. Sayang, dua
tahun menunggu kaki yang diimpikan itu tak kunjung datang. Padahal dia
sudah mendaftar.
Masih Trauma Naik Motor
Haji Mohammad Waris (56) mengatakan dia sudah menganggap Roni sebagai anaknya. Sebab dia mendapat amanah dari Buchori untuk membimbing Roni. Sudah 13 tahun Roni hadir ditengah-tengah keluarga Waris. Waris sendiri sudah punya tiga orang anak.
Haji Mohammad Waris (56) mengatakan dia sudah menganggap Roni sebagai anaknya. Sebab dia mendapat amanah dari Buchori untuk membimbing Roni. Sudah 13 tahun Roni hadir ditengah-tengah keluarga Waris. Waris sendiri sudah punya tiga orang anak.
Di mata Waris, Roni anak yang rajin dan mudah bergaul. Waris pun tak
mempersoalkan kondisi Roni. Bahkan, dia masih mau menerima Roni bekerja
di tempatnya. Sebagai orangtua, Waris juga pernah membuatkan Roni sepeda motor roda
tiga. “Dia masih trauma mengemudikan sepeda motor. Waktu mencoba pertama
kali, dia mengaku takut,” kata Waris.
Sumber : Nyata.co.id