Mitos dan Fakta Coklat Untuk Diet

Daftar Isi
Jika anda penggemar cokelat batangan, truffle atau minuman cokelat, mungkin anda berfikir bahwa coklat itu sangat lezat. Tapi bagi anda yang tidak suka, mungkin sempat berfikir bahwa cokelat adalah makanan yang buruk, penuh lemak jenuh dan mengandung banyak kafein. Sebenarnya cokelat dapat menjadi bagian dari diet sehat. Silahkan cermati fakta dan mitos tentang cokelat berikut ini:

Mitos: Cokelat tinggi kafein.
Fakta: Makan cokelat dapat membuat Anda merasa senang dan tenang. Kafein dalam cokelat yang membuat Anda merasa demikian. Kadar kafein dalam cokelat tidak terlalu tinggi.  Dalam 150 gram cokelat batangan atau 800 gram susu cokelat hanya mengandung 6 mg kafein. Jumlah yang sama dengan yang terkandung dalam kopi tanpa kafein.

Mitos: Cokelat tinggi lemak jenuh dan kolesterol yang buruk bagi tubuh.
Fakta: Asam stearat, yaitu asam lemak jenuh utama yang ditemukan dalam cokelat sangat unik. Penelitian telah menunjukkan bahwa asam stearat tidak meningkatkan kadar kolesterol. Asam lemak dalam cokelat juga termasuk asam lemak baik. Dari hasil penelitian terbukti, makan 150 gram cokelat batang terbukti meningkatkan HDL.

Mitos: Cokelat tidak memiliki nilai gizi.
Fakta: Cokelat adalah sumber magnesium, tembaga dan seng yang baik bagi tubuh. Cokelat juga kaya polifenol (sebuah antioksidan yang juga ditemukan dalam teh dan anggur merah) yang telah dikaitkan dengan penurunan resiko penyakit jantung koroner. Sebuah cokelat rata-rata mengandung antioksidan dalam jumlah yang sama dengan 500 gram anggur merah.

Menurut sebuah studi bersama antara Universitas Tufts di Boston dan University of L’Aquila di Italia. Satu porsi cokelat pekat  mengandung antioksidan lebih banyak dibandingkan cokelat susu.

Selain kaya antioksidan, cokelat juga dapat membantu menurunkan tekanan darah dan meningkatkan resistensi insulin. Namun penelitian ini tidak menyarankan orang dengan tekanan darah tinggi mengonsumsi cokelat pekat sebagai pengganti obat. Tetapi bahwa flavonoid dalam cokelat pekat mungkin memiliki efek positif pada tekanan darah dan resistensi insulin.

Mitos: Cokelat menyebabkan gigi berlubang.
Fakta: Rongga pada gigi terbentuk ketika bakteri dalam mulut memetabolisme gula dan pati dari semua jenis makanan (soda, permen, jus, roti, nasi dan pasta) untuk menghasilkan asam. Asam ini kemudian menempel pada enamel (lapisan paling luar) gigi yang makin lama kemudian akan menyebabkan rongga.

Kandungan protein, kalsium dan fosfat dari cokelat susu dapat melindungi enamel gigi, dan secara alamiah kandungan lemak cokelat ini membersihkan mulut lebih cepat dari permen, mengurangi jumlah waktu terjadinya kontak langsung antara gula dengan permukaan gigi.

Mitos: Cokelat menyebabkan sakit kepala.
Fakta: Sebuah studi oleh University of Pittsburgh telah menunjukkan ada hubungan antara cokelat dan sakit kepala. Sakit kepala kronis sempat dianggap disebabkan oleh amina dalam makanan (termasuk histamin dan beta-Phenylethylamine) seperti keju cheddar, kacang tanah, daging asap, cokelat dan alkohol.
Hasil studi yang dilakukan terhadap 63 penderita sakit kepala kronis ini kemudian menghilangkan cokelat sebagai makanan penyebab sakit kepala.

Mitos: Cokelat menyebabkan jerawat.
Fakta: Studi dalam dua puluh tahun terakhir telah mengeliminasi cokelat sebagai penyebab jerawat. Bahkan, banyak yang meragukan dermatologis diet memainkan setiap peran yang signifikan dalam perkembangan jerawat. Jerawat sekarang diyakini disebabkan oleh kombinasi kadar bakteri tinggi dan minyak pada kulit.

Mitos: Cokelat menyebabkan kenaikan berat badan.
Fakta: Makanan apapun dapat menjadi bagian dari diet yang sehat jika dikonsumsi sesuai aturan. Sebuah cokelat rata-rata mengandung 220 kalori, yang cukup rendah untuk menjadi bagian dari diet mengendalikan berat badan.

Menikmati sepotong cokelat sesekali dapat mengurangi risiko makan berlebihan yang parah, yang dapat terjadi ketika Anda merasa kehilangan makanan favorit Anda. Penelitian sekarang menunjukkan bahwa cokelat dapat menjadi bagian dari gaya hidup sehat secara keseluruhan, bila dikonsumsi secara wajar.

Sumber : Nyata.co.id (*Bbs/Umar/foto: shutterstock)

Posting Komentar