cfFp0twC8a3yW2yPPC8wDumW5SuwcdlZsJFakior
Bookmark

Alasan Mengapa Malaikat Tidak Memasuki Rumah dengan Anjing Menurut Imam Al-Ghazali

Malaikat, sebagai makhluk suci yang penuh dengan ibadah, memilih untuk masuk ke tempat yang bersih dan suci. Namun, malaikat tidak akan memasuki tempat yang kotor. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, malaikat tidak akan memasuki rumah yang memiliki anjing karena anjing dianggap memiliki sifat kotor.

Dalam hadits yang diriwayatkan secara muttafaq alaih oleh Abu Thalhah Al-Anshari, Rasulullah SAW bersabda, 

لا تدخل الملائكة بيتا فيه كلب

Artinya, “Malaikat tidak masuk ke dalam rumah yang terdapat anjing di dalamnya,” (Muttafaq alaih dari Abu Thalhah Al-Anshari).

Mayoritas ulama memahami hadits ini secara harfiah, yaitu bahwa malaikat tidak akan memasuki rumah yang memelihara anjing sesuai dengan makna tekstual hadits tersebut.

Namun, Imam Al-Ghazali memberikan penafsiran lain terhadap hadits tersebut. Beliau berpendapat bahwa rumah tidak hanya berarti ruang fisik, tetapi juga dapat merujuk pada ruang batin atau ruang spiritual.

Hal yang sama berlaku untuk anjing. Anjing tidak selalu diartikan secara harfiah sebagai hewan peliharaan yang kita kenal, tetapi dapat memiliki makna simbolis yang melambangkan sifat-sifat tercela manusia yang mencemari batin atau ruang spiritual mereka.

Oleh karena itu, menurut Imam Al-Ghazali, yang perlu dibersihkan dan disucikan adalah rumah secara spiritual, yaitu batin manusia dari segala sifat-sifat tercela.

Kebersihan batin ini menjadi faktor penentu apakah malaikat yang membawa rahmat, pengetahuan, kearifan, dan segala jenis kebaikan akan datang dan tinggal di dalamnya.

Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumiddin menjelaskan, 

والقلب بيت هو منزل الملائكة ومهبط أثرهم ومحل استقرارهم والصفات الرديئة مثل والغضب والشهوة والحقد والحسد والكبر والعجب وأخواتها كلاب نابحة فأنى تدخله الملائكة وهو مشحون بالكلاب ونور العلم لا يقذفه الله تعالى في القلب إلا بواسطة الملائكة

Artinya, “Batin merupakan rumah, yaitu tempat malaikat dan tempat singgah jejak mereka, dan tempat tetap mereka. Sedangkan akhlak tercela seperti marah, syahwat, dengki, hasud, sombong, ujub, dan penyakit hati sejenis merupakan anjing yang mengonggong. Bagaimana malaikat hendak masuk ke dalamnya. Sedangkan rumah itu dipenuhi anjing. Sementara cahaya ilmu tidak dimasukkan oleh Allah ke dalam batin seseorang kecuali dengan perantara malaikat,” (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M/1439-1440 H], juz I, halaman 68).

Pendapat Imam Al-Ghazali ini didukung dengan keterangan dalam Surat As-Syura ayat 51, yang menjelaskan bahwa komunikasi Allah dengan manusia hanya dapat dilakukan melalui wahyu, di belakang tabir, atau dengan mengirim utusan (malaikat). 

وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلَّا وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولًا فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكِيمٌ

Artinya, “Tidak seyogianya Allah berkata-kata dengan seorang manusia kecuali dengan perantaraan wahyu, di belakang tabir, atau dengan mengirim seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sungguh Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.” (Surat As-Syura ayat 51).

Demikian pula, anugerah ilmu dari Allah masuk ke dalam batin seseorang melalui perantara malaikat yang ditugaskan untuk menyampaikannya.

Malaikat adalah makhluk yang suci, bersih, dan terbebas dari segala penyakit tercela. Mereka hanya memperhatikan tempat yang bersih dan suci. Malaikat hanya akan menjadikan tempat yang suci sebagai tempat kediaman bagi rahmat Allah.

Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa pengertian "baytun" (rumah) bukanlah secara harfiah melulu merujuk pada ruang fisik, begitu pula dengan "kalbun" (anjing) yang tidak hanya berarti hewan peliharaan. Beliau ingin menekankan bahwa ada dimensi spiritual atau ruang-ruang batin yang perlu dibersihkan dan disucikan sejauh mungkin dari berbagai sifat tercela manusia.

Dalam konteks ini, kebersihan batin menjadi hal yang sangat penting. Menjaga kebersihan dan kekudusan batin berarti menjadikan diri sebagai tempat yang layak untuk menerima rahmat, ilmu, kearifan, dan kebaikan yang Allah anugerahkan melalui malaikat-Nya.

Rasulullah SAW telah memberikan pengajaran yang mendalam melalui hadits tersebut, bahwa malaikat tidak akan memasuki tempat yang kotor, baik secara fisik maupun secara spiritual. 

Oleh karena itu, mengingatkan diri sendiri untuk membersihkan dan menyucikan hati serta menjauhkan sifat-sifat tercela adalah upaya yang perlu dilakukan agar malaikat dapat menyambut dan membawa berkah ke dalam kehidupan kita.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat mengartikan pesan ini dengan menyucikan hati dan pikiran dari segala bentuk kebencian, iri hati, kesombongan, dan sifat-sifat negatif lainnya. Meningkatkan akhlak yang baik, mengasah pengetahuan dan kearifan, serta menjaga kesucian batin adalah langkah-langkah penting dalam menciptakan lingkungan spiritual yang menyambut kedatangan malaikat dan rahmat Allah.

Namun, perlu dicatat bahwa dalam pandangan Imam Al-Ghazali ini, tidak ada keharusan dalam menafsirkan hadits secara ta'wil seperti yang beliau lakukan. Hal ini bukanlah bagian dari hukum agama yang harus diikuti oleh umat Islam. 

Tafsir beliau lebih merupakan sebuah penafsiran pribadi yang memberikan sudut pandang baru tentang kebersihan spiritual dan hubungan antara manusia, malaikat, dan Allah SWT.

Dalam kesimpulan, Alasan Imam Al-Ghazali mengapa malaikat tidak masuk ke rumah yang ada anjingnya memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang pentingnya menjaga kebersihan dan kesucian batin sebagai tempat yang layak bagi malaikat dan rahmat Allah. 

Pesan ini mengajak kita untuk membersihkan hati dan pikiran dari sifat-sifat tercela serta menjaga kesucian batin dalam rangka menyambut dan memperoleh berkah dari Allah SWT.

Sumber: NU Online 

Post a Comment

Post a Comment

close