cfFp0twC8a3yW2yPPC8wDumW5SuwcdlZsJFakior
Bookmark

Kisah Mencekam Para Suporter di Final Liga Champions: Dari Bus Antar-Jemput Hingga Toilet yang Langka

Penggemar Manchester City berbagi cerita horor dari final Liga Champions di Istanbul. Mereka menghadapi masalah dengan bus antar-jemput, zona penggemar, dan keamanan.

Manchester City Juara, Tapi Fans Mengalami Mimpi Buruk

Manchester City berhasil meraih gelar juara Liga Champions untuk pertama kalinya dalam sejarah klub setelah mengalahkan Inter Milan dengan skor tipis 1-0 di final yang berlangsung di Stadion Ataturk, Istanbul, Turki pada Minggu (11/6/2023) dini hari. 

Gol tunggal kemenangan City dicetak oleh Kevin De Bruyne pada menit ke-76 setelah menerima umpan dari Riyad Mahrez. Dengan demikian, City melengkapi treble domestik dan Eropa setelah sebelumnya menjuarai Premier League dan Piala Liga Inggris.

Namun, di balik kegembiraan para pemain dan staf City, ada cerita horor yang dialami oleh para suporter yang datang langsung ke Istanbul untuk menyaksikan tim kesayangan mereka berlaga. Banyak fans yang mengeluhkan kondisi infrastruktur dan fasilitas yang tidak memadai di kota tersebut, serta perlakuan buruk dari pihak penyelenggara dan aparat keamanan.

Bus Antar-Jemput Tanpa Air dan Toilet

Salah satu masalah utama yang dihadapi oleh para fans adalah bus antar-jemput yang disediakan oleh UEFA untuk mengangkut mereka dari bandara ke zona penggemar dan stadion. Menurut laporan The Independent, banyak fans yang harus menunggu hingga tiga jam untuk naik bus, tanpa air minum atau toilet yang tersedia. Beberapa fans bahkan muntah di dalam bus karena dehidrasi dan kelelahan.

"Bus antar-jemput itu adalah mimpi buruk. Kami harus berdiri di bawah terik matahari selama berjam-jam tanpa air atau toilet. Busnya juga sangat panas dan sesak. Saya merasa seperti akan pingsan," kata David, salah satu fans City yang berasal dari Manchester.

"Kami juga tidak tahu kapan bus akan datang atau berapa lama perjalanan akan berlangsung. Kami hanya diberi tahu bahwa bus akan membawa kami ke zona penggemar, tapi ternyata itu jauh sekali dari stadion. Kami harus berjalan kaki lagi selama satu jam untuk sampai ke sana," tambahnya.

Zona Penggemar dengan Toilet yang Langka

Zona penggemar yang disiapkan oleh UEFA juga tidak jauh lebih baik dari bus antar-jemput. Di sana, para fans hanya disuguhkan layar besar yang menayangkan pertandingan, tanpa hiburan atau aktivitas lain yang bisa mereka nikmati. Selain itu, toilet di zona penggemar juga sangat terbatas dan kotor.

"Zona penggemar itu sangat membosankan. Tidak ada apa-apa selain layar besar. Tidak ada musik, tidak ada permainan, tidak ada makanan atau minuman yang enak. Toilet juga sangat sedikit dan menjijikkan. Saya harus antri selama setengah jam untuk buang air kecil," kata Sarah, seorang fans City yang datang bersama suaminya.

"Saya pikir UEFA tidak peduli sama sekali dengan kami. Mereka hanya ingin mengambil uang kami tanpa memberikan pelayanan yang baik. Saya merasa seperti diperlakukan sebagai sampah," ujarnya.

Perlakuan Kasar dari Aparat Keamanan

Para fans juga mengeluhkan perlakuan kasar dari aparat keamanan Turki yang bertugas di stadion dan sekitarnya. Beberapa fans mengaku diperiksa secara tidak sopan dan dipaksa untuk melepas barang-barang pribadi mereka tanpa alasan yang jelas. Ada juga fans yang mengalami kekerasan fisik dari polisi.

"Ketika kami masuk ke stadion, kami diperiksa seperti kriminal. Mereka menyuruh kami untuk melepas sepatu, kaos, topi, dan bahkan masker. Mereka juga merampas barang-barang kami seperti bendera, syal, dan korek api. Mereka tidak menjelaskan apa-apa, hanya berteriak-teriak dalam bahasa Turki," kata James, seorang fans City yang datang bersama teman-temannya.

"Salah satu teman saya bahkan dipukul oleh polisi karena dia tidak mau melepas topinya. Dia mengalami luka di kepala dan harus dibawa ke rumah sakit. Kami sangat marah dan takut. Kami merasa tidak aman di sini," lanjutnya.

UEFA Harus Bertanggung Jawab

Para fans yang mengalami cerita horor di final Liga Champions ini menuntut UEFA untuk bertanggung jawab atas kegagalan mereka dalam menyelenggarakan acara yang layak dan menghormati hak-hak para penggemar. Mereka juga meminta UEFA untuk memberikan kompensasi atas kerugian dan penderitaan yang mereka alami.

"UEFA harus meminta maaf kepada kami dan memberikan ganti rugi. Mereka telah merusak pengalaman kami yang seharusnya menjadi momen bersejarah bagi klub kami. Mereka juga telah melanggar hak asasi manusia kami dengan memperlakukan kami seperti binatang," kata David.

"UEFA juga harus belajar dari kesalahan mereka dan tidak mengulangi hal yang sama di masa depan. Mereka harus memastikan bahwa infrastruktur dan fasilitas di kota tuan rumah sudah memenuhi standar yang baik. Mereka juga harus bekerja sama dengan pihak berwenang setempat untuk menjamin keamanan dan kenyamanan para penggemar," tambahnya.

Sumber:
1. goal.com
2. aceh.pikiran-rakyat.com
3. headtopics.com
Post a Comment

Post a Comment

close