cfFp0twC8a3yW2yPPC8wDumW5SuwcdlZsJFakior
Bookmark

Sejarah Muhammadiyah: Gerakan Modernisasi Islam di Indonesia yang Berawal dari Kauman

Organisasi Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tahun 1912. Simak sejarah, perkembangan, dan kontribusi Muhammadiyah dalam artikel ini.

Muhammadiyah adalah salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia yang memiliki sejarah panjang dan berpengaruh dalam perkembangan Islam di tanah air. Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan, seorang ulama yang lahir dan besar di Kauman, Yogyakarta, pada tahun 1912. 

Muhammadiyah merupakan gerakan modernisasi Islam yang bertujuan untuk memurnikan dan memperbarui ajaran Islam sesuai dengan tuntutan zaman.

Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah

Muhammadiyah lahir di tengah kondisi sosial, politik, dan keagamaan yang kurang menguntungkan bagi umat Islam di Indonesia pada awal abad ke-20. Saat itu, Indonesia masih berada di bawah penjajahan Belanda yang melakukan berbagai kebijakan diskriminatif dan eksploitatif terhadap pribumi. 

Selain itu, umat Islam juga menghadapi tantangan dari arus pemikiran Barat yang masuk melalui pendidikan, media, dan organisasi-organisasi sosial yang didirikan oleh para misionaris Kristen.

Di sisi lain, umat Islam juga mengalami kemunduran dalam bidang ilmu pengetahuan, ekonomi, dan kesejahteraan. Banyak umat Islam yang masih terpaku pada tradisi-tradisi yang tidak sesuai dengan ajaran Islam yang murni, seperti kepercayaan kepada makhluk halus, praktik-praktik bid'ah, dan sikap taqlid buta terhadap ulama. Selain itu, banyak umat Islam yang tidak memiliki akses terhadap pendidikan formal maupun informal yang berkualitas.

Dalam situasi seperti ini, muncul kesadaran di kalangan sebagian umat Islam untuk melakukan pembaruan dan pemurnian dalam beragama. Mereka menyadari bahwa umat Islam harus kembali kepada sumber-sumber asli Islam, yaitu Al-Qur'an dan Hadits, serta mengikuti teladan Nabi Muhammad SAW. Mereka juga menyadari bahwa umat Islam harus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat dan bangsa.

Salah satu tokoh yang memiliki kesadaran tersebut adalah K.H. Ahmad Dahlan. Ia adalah seorang ulama yang lahir dan besar di Kauman, Yogyakarta, pada tahun 1868. Ia merupakan putra dari Kiai Haji Abu Bakar bin Kiai Sulaiman, seorang khatib tetap di Masjid Agung Yogyakarta. Sejak kecil, ia telah mempelajari ilmu-ilmu agama dan bahasa Arab dari ayahnya dan para ulama lainnya di lingkungannya.

Pada tahun 1888, ia berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji sekaligus menuntut ilmu selama empat tahun. Di sana, ia belajar dari berbagai ulama terkemuka, seperti Syekh Ahmad Khatib Minangkabau, Syekh Muhammad Saleh bin Umar al-Samarani, Syekh Ahmad Zaini Dahlan al-Makki, dan Syekh Muhammad Rasyid Ridha al-Misri. Ia juga mengenal pemikiran-pemikiran pembaru Islam seperti Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, Ibnu Taimiyah, dan lain-lain.

Setelah kembali ke tanah air pada tahun 1902, ia melanjutkan pengabdiannya sebagai guru agama di Kauman dan beberapa sekolah lainnya di Yogyakarta dan Magelang. Ia juga menjadi khatib di Masjid Keraton Yogyakarta, meskipun kemudian dicopot karena gagasannya untuk memperbaiki arah kiblat. Ia juga aktif dalam berbagai organisasi sosial dan politik, seperti Budi Utomo dan Sarekat Islam.

Dalam dakwahnya, ia menekankan pentingnya kembali kepada Al-Qur'an dan Hadits sebagai sumber utama ajaran Islam. Ia juga mengkritik berbagai tradisi dan kebiasaan yang tidak sesuai dengan Islam, seperti percaya kepada makhluk halus, mengadakan selamatan, menghormati kuburan, dan lain-lain. Ia juga mendorong umat Islam untuk meningkatkan pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan kesejahteraan mereka.

Proses Pendirian Muhammadiyah

Untuk merealisasikan gagasan-gagasannya, Ahmad Dahlan mendirikan sebuah organisasi yang bernama Muhammadiyah pada tanggal 18 November 1912. Nama tersebut diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, yang dianggap sebagai teladan bagi umat Islam. Muhammadiyah berarti orang-orang yang mengikuti Muhammad atau orang-orang yang berusaha menyerupai Muhammad.

Muhammadiyah didirikan di rumah Ahmad Dahlan di Kauman dengan dihadiri oleh 12 orang anggota pertama, yaitu:

1. K.H. Ahmad Dahlan
2. Haji Fadhol
3. Haji Misbach
4. Haji Fachruddin
5. Haji Abdul Karim
6. Haji Abdul Hamid
7. Haji Muhammad Yunus
8. Haji Muhammad Saleh
9. Haji Muhammad Said
10. Haji Muhammad Sholeh
11. Haji Muhammad Amin
12. Haji Muhammad Sjafei

Muhammadiyah memiliki tujuan untuk memurnikan dan memperbarui ajaran Islam sesuai dengan tuntutan zaman. Muhammadiyah juga memiliki misi untuk meningkatkan kualitas hidup umat Islam dalam bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial, budaya, dan politik.

Untuk mencapai tujuan dan misi tersebut, Muhammadiyah melakukan berbagai kegiatan, antara lain:

- Mendirikan sekolah-sekolah yang mengajarkan ilmu-ilmu agama dan umum secara seimbang.

- Mendirikan rumah sakit, panti asuhan, panti jompo, dan lembaga-lembaga sosial lainnya yang memberikan pelayanan kepada masyarakat.

- Mendirikan koperasi-koperasi yang membantu anggota Muhammadiyah dalam bidang ekonomi.

- Mengadakan pengajian-pengajian, ceramah-ceramah, seminar-seminar, dan publikasi-publikasi yang menyebarkan pemahaman Islam yang murni dan progresif.

- Mengadakan hubungan-hubungan dengan organisasi-organisasi Islam lainnya di dalam dan luar negeri untuk memperkuat persatuan dan kerjasama umat Islam.

Perkembangan Muhammadiyah

Sejak didirikan hingga sekarang, Muhammadiyah telah mengalami perkembangan yang pesat dan masif dalam jumlah anggota, cabang, amal usaha, dan pengaruhnya di masyarakat. Muhammadiyah juga telah melahirkan banyak tokoh-tokoh penting dalam sejarah Indonesia, seperti Mohammad Natsir, Mohammad Roem, Hamka, Amien Rais, Din Syamsuddin, Ahmad Syafii Maarif, Haedar Nashir, dan lain-lain.

Muhammadiyah juga telah memberikan kontribusi besar dalam perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan Belanda dan Jepang, serta dalam pembentukan negara Indonesia yang merdeka dan berdasarkan Pancasila. 

Muhammadiyah juga terlibat aktif dalam menyelesaikan berbagai masalah bangsa seperti kemiskinan, korupsi, radikalisme, intoleransi, terorisme, dan lain-lain.

Muhammadiyah juga telah menjadi salah satu organisasi Islam terbesar di dunia dengan memiliki cabang-cabang di berbagai negara seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Australia, Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Jerman, Belanda, Mesir, Arab Saudi, Kuwait, Qatar, Bahrain, Oman, Yaman, dan lain-lain.

Saat ini Muhammadiyah memiliki lebih dari 40 juta anggota, lebih dari 14 ribu cabang, lebih dari 12 ribu sekolah, lebih dari 500 rumah sakit, lebih dari 1.500 panti asuhan, dan lebih dari 2.000 koperasi. 

Muhammadiyah juga memiliki berbagai lembaga dan organisasi otonom yang bergerak di bidang-bidang seperti pemuda, wanita, tarbiyah, dakwah, sosial, kesehatan, pendidikan, ekonomi, hukum, politik, budaya, lingkungan hidup, dan lain-lain.

Muhammadiyah terus berkomitmen untuk menjalankan visi dan misinya sebagai gerakan modernisasi Islam yang berlandaskan Al-Qur'an dan Hadits. Muhammadiyah juga terus berupaya untuk menjadi organisasi yang profesional, akuntabel, transparan, inklusif, dan responsif terhadap dinamika zaman. Muhammadiyah juga terus berkontribusi untuk mewujudkan Indonesia yang adil, makmur, demokratis, dan berkeadaban.

Kesimpulan

Muhammadiyah adalah gerakan modernisasi Islam di Indonesia yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tahun 1912. Muhammadiyah memiliki tujuan untuk memurnikan dan memperbarui ajaran Islam sesuai dengan tuntutan zaman. Muhammadiyah juga memiliki misi untuk meningkatkan kualitas hidup umat Islam dalam bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial, budaya, dan politik.

Muhammadiyah telah mengalami perkembangan yang pesat dan masif dalam jumlah anggota, cabang, amal usaha, dan pengaruhnya di masyarakat. Muhammadiyah juga telah melahirkan banyak tokoh-tokoh penting dalam sejarah Indonesia. Muhammadiyah juga telah memberikan kontribusi besar dalam perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan dan dalam pembentukan negara Indonesia yang merdeka dan berdasarkan Pancasila.

Muhammadiyah terus berkomitmen untuk menjalankan visi dan misinya sebagai gerakan modernisasi Islam yang berlandaskan Al-Qur'an dan Hadits. Muhammadiyah juga terus berupaya untuk menjadi organisasi yang profesional, akuntabel, transparan, inklusif, dan responsif terhadap dinamika zaman. Muhammadiyah juga terus berkontribusi untuk mewujudkan Indonesia yang adil, makmur, demokratis, dan berkeadaban.

Sumber:

(1) https://www.gramedia.com/literasi/sejarah-muhammadiyah/.
(2) https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6772296/sejarah-berdirinya-muhammadiyah-awal-muncul-modernisasi-islam-di-indonesia.
(3) https://syehaceh.com/2023/06/16/sejarah-berdirinya-muhammadiyah-awal-muncul-modernisasi-islam-di-indonesia/.
(4) https://muhammadiyah.or.id/sejarah-singkat-muhammadiyah/.
Post a Comment

Post a Comment

close