Apa yang Terjadi dengan Batu Kerikil yang Sudah Dilempar Jemaah Haji ke Jumrah? Ini Fakta Menariknya!
Ingin tahu apa yang terjadi dengan batu kerikil lontar jumrah? Baca artikel ini untuk mengetahui fakta menariknya dan aturan yang berlaku!
Lontar jumrah adalah salah satu rukun haji yang dilakukan oleh jemaah haji di Mina, Arab Saudi. Dalam ritual ini, jemaah haji melempar tujuh batu kerikil ke tiap-tiap tiang yang disebut jumrah, yang melambangkan setan. Lontar jumrah adalah simbol penolakan terhadap godaan setan dan pengorbanan Nabi Ibrahim AS.
Namun, pernahkah Anda penasaran apa yang terjadi dengan batu kerikil yang sudah dilempar oleh jutaan jemaah haji setiap tahunnya? Apakah batu kerikil itu dibuang, diambil, atau dipakai lagi? Berikut adalah penjelasan lengkapnya!
Batu Kerikil Lontar Jumrah Bukanlah Batu Biasa
Batu kerikil yang digunakan untuk lontar jumrah bukanlah batu biasa yang bisa ditemukan di mana saja. Batu kerikil ini harus memenuhi syarat-syarat tertentu, seperti berwarna putih, bersih, tidak pecah, tidak berlubang, tidak berkarat, dan tidak pernah digunakan sebelumnya untuk lontar jumrah.
Batu kerikil ini juga harus berasal dari Muzdalifah, sebuah tempat antara Arafah dan Mina, di mana jemaah haji mengumpulkan batu kerikil tersebut sebelum menuju ke Mina. Jumlah batu kerikil yang harus dikumpulkan adalah 49 atau 70, tergantung pada jumlah hari yang dihabiskan di Mina.
Batu Kerikil Lontar Jumrah Dibersihkan dan Didaur Ulang
Setelah dilempar oleh jemaah haji, batu kerikil lontar jumrah tidak dibuang begitu saja. Batu kerikil ini dikumpulkan oleh petugas kebersihan yang bekerja di bawah naungan Kementerian Pekerjaan Umum Arab Saudi. Batu kerikil ini kemudian dibawa ke tempat khusus untuk dibersihkan dan didaur ulang.
Batu kerikil lontar jumrah dibersihkan dengan menggunakan mesin cuci khusus yang mampu membersihkan sekitar 100 ton batu kerikil per jam. Batu kerikil ini juga disortir berdasarkan ukuran dan kualitasnya. Batu kerikil yang masih layak digunakan akan disimpan di gudang untuk digunakan kembali pada tahun berikutnya.
Batu kerikil yang tidak layak digunakan akan dihancurkan menjadi pasir atau agregat halus yang digunakan untuk pembangunan infrastruktur di Arab Saudi, seperti jalan raya, gedung, atau taman. Dengan demikian, batu kerikil lontar jumrah tidak sia-sia dan bermanfaat bagi masyarakat.
Batu Kerikil Lontar Jumrah Tidak Boleh Dijadikan Oleh-oleh
Meskipun batu kerikil lontar jumrah memiliki nilai spiritual bagi jemaah haji, namun batu kerikil ini tidak boleh dijadikan oleh-oleh atau dibawa pulang ke tanah air. Hal ini karena batu kerikil lontar jumrah sudah menjadi milik Allah SWT dan tidak boleh dimiliki oleh manusia.
Selain itu, membawa batu kerikil lontar jumrah juga melanggar aturan pemerintah Arab Saudi yang melarang pengambilan atau penjualan batu kerikil tersebut. Jika ketahuan, maka jemaah haji bisa dikenakan sanksi administratif atau denda.
Oleh karena itu, sebaiknya jemaah haji menghormati batu kerikil lontar jumrah dan tidak mengambilnya sebagai oleh-oleh. Batu kerikil lontar jumrah adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan bukan untuk dipamerkan atau dibanggakan.
Demikianlah artikel singkat tentang penjelasan lontar jumrah dan apa yang terjadi dengan batu kerikil yang sudah dilempar oleh jemaah haji. Semoga artikel ini bermanfaat dan menambah wawasan Anda.
Posting Komentar